Rabu, 14 Februari 2018

Biologi Fosil kuda


FOSIL KUDA
Biologi. Evolusi, Teori evolusi, dan Teori Darwin adalah tiga hal yang berbeda meskipun berkaitan sangat erat. Evolusi dapat dipandang sebagai fakta dan sebagai teori. Sebagai fakta evolusi adalah perubahan. Teori evolusi menjelaskan mekanisme perubahan itu. Teori Darwin hanyalah salah satu dari beberapa teori evolusi yang pernah diajukan dan sekarang telah mengalami penyempurnaan. Menentang teori Darwin belum tentu menentang teori evolusi karena bisa juga berarti mengajukan teori evolusi lain yang lebih baik dari teori evolusi Darwin. Menentang teori evolusi seyogyanya dilakukan dengan memberikan penjelasan (teori) lain yang lebih dapat diterima mengenai berbagai fakta yang selama ini diyakini sebagai bukti evolusi atau fakta yang selama ini dapat dijelaskan berdasarkan konsep evolusi.

Jalur evolusi dari Kuda


A. FOSIL
Fosil merupakan bukti adanya kehidupan di masa lampau. demikian pendapat LEONARDO da vinci, ilmuwan Italia, pada tahun 1452-1519. Fosil berasal dari kata fodere yang berarti menggali. fosil adalah sisa-sisa hewan atau tumbuhan dari zaman purba yang telah membatu (jejak-jejak yang tersimpan dalam bebatuan). Penemuan fosil hanya secara kebetulan saja dan jarang sekali ditemukan fosil yang utuh secara keseluruhan., hal ini dapat dipahami karena banyak faktor yang menyebabkan hancurya tubuh organisme yang telah mati, misalnya karena:

  1. proses pelipatan batuan bumi 
  2. pengaruh air
  3. air
  4. bakteri pengurai
  5. hewan pemakan bangkai.
Ilmu yang mempelajari tentang fosil adalah palaentologi (palae=tua). dari berbagai lapisan batuan tersebut secara kebetulan ditemukan adanya fosil yang menunjukkan adanya perubahan struktur tubuh secara berangsur-angsur. Dengan membandingkan struktur tubuh tersebut maka dapat diambil kesimpulan keadaan lingkungan pada masa lampau berbeda dengan masa sekarang.

B. Penemuan Fosil Kuda
Evolusi kuda merupakan salah satu contoh evolusi morfologi. Sejarah evolusi dapat ditelusuri dari fosil-fosilnya sejak masa Eosen di Amerika Utara dan ditunjang pula oleh sejumlah kecil fosil dari Eropa dan Asia. Karena kuda mempunyai ciri yang berkelompok, sejumlah besar fosil ditemukan dari masa ke masa di daerah gurun Nevada di Amerika Utara. Fosil nenek moyang kuda ditemukan dalam jumlah yang sangat besar dalam lapisan tanah pada masa eosin di Eropa dan Amerika Utara. Setelah masa itu, fosil kuda sudah praktis tidak dapat ditemukan di Eropa, tetapi di Amerika Utara berlimpah. Sedangkan di Asia, Afrika, dan Australia praktis tidak memiliki fosil kuda. Sebagian besar fosil-fosil kuda ditemukan di Amerika Utara, kecuali Palaeotherium yang hanya terdapat di Eropa. Kemudian kita menemukan juga fosil-fosil yang berada dalam lapisan yang relative muda di Asia dan Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Equidae berevolusi di Amerika Utara, meskipun nenek moyangnya juga berada di Eropa. 

Hasil rekonstruksi penemuan fosil kuda oleh Marsh dan Osborn pada evolusi kuda ini disebabkan oleh perubahan pada lingkungan, misalnya :
  1. Perubahan pada jumlah jari dan membesarnya jari disebabkan karena menyesuaikan diri pada tempat berpijaknya, yang mulanya hutan berawa menjadi padang rumput. 
  2. Perubahan geraham menjadi tinggi dan bergerigi disebabkan karena menyesuaikan diri dengan jenis makanannya yang semula buah-buahan lunak menjadi rumput yang mengandung silica. 
  3. Leher berubah menjadi panjang dan gerakan makin lincah karena menyesuaikan diri untuk memperluas pandangan terhadap predator di padang rumput dan dapat menengok ke segala arah.
gambar tulang kaki dari evolusi fosil kuda


Bukti-bukti evolusi
Penemuan fosil sering membuat pusing penganut evolusi. Hal ini karena fosil makhluk hidup jarang ditemukan dalam keadaan lengkap penemuan fosil hanya berupa bagian atau beberapa bagian tubuh makhluk hidup. 

Satu-satunya fosil yang paling lengkap ditemukan adalah fosil kuda. Sejarah perkembangan kuda merupakan contoh yang paling baik untuk menerangkan adanya perubahan-perubahan bentuk yang berlangsung dari masa ke masa. Fosil dianggap nenek moyang kuda dikenal dengan nama Hyracoterioum (Eohippus). Hyracoterioum yang ukuran tingginya hanya sekitar 30 cm (sebesar kancil) juga dianggap sebagai nenek moyang dari badak dan tapir. Kaki depan mempunyai empat jari dan dan satu jari rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai tiga jari utuh dan dua jari rudiment. Kuda yang ada sekarang (Equus) hanya mempunyai satu jari utuh dan dua jari rudiment.

Fosil Kuda

Gambar di atas menunjukkan beberapa aspek penting dari evolusi kuda, yang menyangkut kaki, bentuk, dan sistem pertumbuhan gigi dan ukuran tubuh.
                  
PERUBAHAN EVOLUSI KUDA:
1.      Leher semakin panjang sehingga gerakannya semakin luas. Sebagai indikator memantau predator.
2.      Kepala bagian depan sampai mata menjadi semakin besar dan panjang, seiring dengan perkembangan leher.
3.      Perubahan email gigi, gigi gerahan semain berkembang menyesuaikan jenis makanannya (herbivora).
4.      Anggota gerak semakin panjang sehingga mampu berlari cepat. Indikator menghindari predaror juga cepat.
5.      Perubahan jumlah jari kaki, sebagai indikator kemampuan menompang berat badan.
6.      Ukuran tubuh membesar.
Menurut Iskandar, (2002), Dengan membanding-bandingkan morfologi dari banyak jenis kuda yang pernah hidup di muka bumi, dapat kita telusuri sejumlah perubahan sebagai berikut
  1. Pertambahan dalam ukuran tubuh: besar, berat, panjang, dan tinggi. Pada kuda ada pertambahan ukuran dari 30 cm menjadi setinggi 180 cm (kuda masa kini). Dengan bertambahnya ukuran tubuh, maka lari kuda dapat bertambah cepat (langkah menjadi lebih panjang), sedangkan predator yang sanggup memangsanya menjadi jauh lebih sedikit.
  2. Pemanjangan kaki depan dan belakang,- Adanya perubahan proporsi tubuh dari nenek moyang kuda (menggambarkan hewan berkaki pendek seperti domba) hingga mencapai kuda actual (kaki panjang dan langsing). Kaki yang panjang tidak saja menyebabkan langkah lebih panjang, tetapi juga berarti efisiensi dalam pemakaian energy untuk melangkah di daerah padang. Pemanjangan kaki merupakan hambtan di daerah berbukit-bukit, karena mendaki dengan kaki panjang sangat memakan energy. Evolusi kaki panjang pada kuda tidak akan terjadi kalau habitat nenek moyang kuda ada di daerah berbukit-bukit.
  3. Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah,- Mula-mula jari kaki adalah 5 pasang dengan jumlah jari fungsional ¾ tereduksi menjadi 1/1. Reduksi jari sangat berkaitan dengan habitat. Pada habitat yang tanahnya tidak rata, adanya sejumlah jari dapat meredam kemungkinan terpeleset, sedangka di tanah yang rata, penyesuaian tersebut tidak diperlukan.
  4. Perubahan fungsi dari berjalan pada telapak atau jari menjadi berjalan pada kuku,- Perubahan ini ada kaitannya dengan reduksi jari. Tulang-tulang telapak atau cara berjalan dengan jari memberikan fleksibiltas kaki yang baik. Namun, hal ini akan menjadi gangguan karena beban tubuh menjadi jauh lebih berat. Reduksi tulang-tulang telapak dan tulang-tulang jari akan sangat mengurangi fleksibilitas kaki, tetapi kaki yang terbentuk akan menjadi jauh lebih kuat untuk menahan berat tubuh. Hanya karena reduksi tersebut, maka pada kuda terjadi pembesaran jari tengah.
  5. Perubahan dari berjalan dengan bantalan telapak menjadi berjalan dengan telapak (kuku). Pada kuda, akibat berjalan dengan jari, maka jari memerlukan perlindungan. Dalam kasus ini perlindungan jari diberikan oleh adanya modifikasi pelindung jari, misalnya kuku atau cakar yang berubah menjadi telapak. 
  6. Punggung menjadi lurus, datar, dan lebih panjang,- Punggung pada nenek moyang kuda (dan mamalia lainnya) berposisi agak miring dengan dada lebih tinggi menjadi datar pada kuda actual (kuda masa kini). Hal ini diperlukan agar dengan punggung yang datar maka hambatan gesekan udara waktu berlari akan banyak berkurang.
  7. Gigi seri melebar,- Bentuk gigi berubah menjadi gigi yang melebar, mengikuti fungsinya dari merabut akar-akaran menjadi menggigit rumput-rumputan. 
  8. Pertambahan mahkota gigi,- Dengan pertumbuhan email berlekuk-lekuk (invaginasi), sehingga gigi dapat tumbuh untuk mengimbangi keausan dari makan daun-daunan yang menagndung silikat.
  9. Rahang yang bertambah lebar untuk mengakomodasikan perubahan bentuk gigi
  10. Gigi premolar berubah yang berfungsi mengunyah berubah fungsinya menjadi menggiling seperti geraham, sehingga proses makan dapat lebih efisien. Pada sapi, gigi tidak berevolusi seperti pada kuda, karena sapi mengalami evolusi pada lambungnya sehingga mempunyai beberapa lambung.
  11. Pemanjangan tulang tengkorak bagian depan (moncong),- Tengkorak memanjang dan membentuk kepala yang lebih streamline untuk mengurangi gesekan/hambatan udara dan memperluas rongga hidung.
  12. Leher menjadi lebih panjang,- Proporsi leher menjadi panjang agar bentuk lebih streamline seperti kepalanya, juga untuk mengakomodasi perubahan udara masuk dan keluar.
  13. Volume otak bertambah besar dan kompleks
Evolusi hingga terjadinya kuda aktual diperkirakan melalui tahapan sebagai berikut :

Eohippus borealis àOrohippus àEpihippus à Mesohippus àMiohippus à Parahippus à Merychippus à Pliohippus à Equus

Selain itu juga dikenal sejumlah cabang garis keturunan yang lain, misalnya

Archaeobatherium (Archaehipppus) à Palaeotherium à Anchiterhium à Hypohippus à Hipparion à Neohipparion à Hippidium


Pada masa berikutnya, terjadilah suatu perubahan yang drastic di muka bumi. Akibat perubahan tersebut, maka jumlah vegetasi sangat berkurang hingga timbullah padang rumput yang luas. Perubahan demikian menyebabkan banyak kematian, baik pemakan tumbuh-tumbuhan maupun pemakan daging. Nenek moyang kuda yang sebelumnya sangat sukses juga mengalami tantangan yang sama, hanya karena keanekaragaman genetiknya yang tinggi dapat menyelamatkan jenis ini dari kepunahan. 

Beberapa alasan adanya penyempurnaan organ pada kuda, yaitu :
  1. Pertambahan ukuran tubuh, akan mengurangi jumlah predator yang dapat memangsanya.
  2. Pemanjangan kaki, menyebabkan langkah kaki menjadi lebih panjang dan lebih gesit.
  3. Reduksi jari dan tulang telapak, untuk mengurangi terjadinya kecelakaan (misalnya terkilir) pada waktu berlari.
  4. Perubahan dari gigi yang tetap menjadi gigi yang dapat tumbuh, untuk mengimbangi ausnya gigi karena memakan daun bersilikat.
  5. Perubahan gigi dari dari menggigit menjadi mengunyah.
  6. Perubahan rahang disesuaikan untuk gigi yang lebih lebar.
  7. Pemanjangan tengkorak dan leher, untuk menambah efisiensi perrtukaran oksigen dan mengurangi gesekan udara waktu berlari. 
  8. Pemanjangan moncong, untuk mempertajam penciuman sehingga dapat mendeteksi adanya musuh dari kejauhan.
C. Mitos tentang Evolusi Kuda
Hingga baru-baru ini, urutan imajiner evolusi kuda telah dikemukakan sebagai bukti fosil terpenting teori evolusi. Akan tetapi, saat ini banyak pendukung evolusi berterus terang mengakui bahwa skenario evolusi kuda telah hancur. dalam sebuah simpodium empat hari mengenai masalah-masalah teori evolusi bertahap yang diselenggarakan pada tahun 1980 di Field Museum of Natural History, Chicago, dan dihadiri 150 evolusionis, Boyce Rensberger, seorang evolusionis yang memberikan sambutan, mengatakan bahwa scenario evolusi kuda tidak didukung oleh catatan fosil dan tidak ditemukan proses evolusi yang menjelaskan evolusi kuda secar bertahap :

Contoh popular evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang hidup hampir 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. Bertentangan dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan tampak sama sekali berbeda, tidak berubah, dan kemudian menjadi punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui.

Seorang ahli paleontology kenamaan, Colin Patterson, direktur Natural History Museum, Inggris, berkomentar tentang skema “evolusi kuda” yang dipamerkan untuk umum di lantai dasar museum tersebut:

Telah begitu banyak cerita tentang sejarah kehidupan di bumi ini, sebagian lebih imajinatif daripada yang lain. Contoh yang paling terkenal, masih dipamerkan di lantai bawah adalah skema evolusi kuda yang dibuat barangkali 50 tahun lalu,. Dan itu telah dijadikan kebenaran harfiah dari buku ke buku. Kini, saya pikir itu perlu disesali, terutama jika mereka yang mengajukan cerita semacam ini sendiri menyadari betapa spekulatifnya sebagian skema tersebut.

Jadi, apa yang mendasari scenario evolusi kuda? Skenario ini dirumuskan dengan diagram-diagram tipuan yang disusun berurutan dari fosil spesies-spesies berbeda yang hidup pada periode sangat berlainan di India., Afrika Selatan, Amerika Utara dan Eropa, semata-mata mengikuti imajinasi evolusionis. Terdapat lebih dari 20 diagram evolusi kuda yang diajukan para peneliti. Semua diagram itu sangat berbeda satu sama lain. Evolusionis tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini. Satu-satunya persamaan di antara mereka keyakinan bahwa nenek moyang kuda (Equus) adalah makhluk seukuran anjing yang disebut “ Eohippus”, hidup dalam periode Eosin 55 juta tahunvlalu. Akan tetapi, jalur evolusi dari Eohippus sama sekali tidak konsisten. 

Seorang evolusionis yang juga penulis ilmu alam, Gordon R.Taylor, 'menjelaskan kenyataan yang jarang diakui ini dalam bukunya, “ The Great Evolution Mystery”.  Namun barangkali kelemahan paling serius dari Darwinisme adalah kegagalan para ahli paleontology menemukan filogeni atau silsilah organisme yang meyakinkan untuk menunjukkan perubahan evolusi besar. Kuda sering dikemukakan sebagai satu-satunya contoh yang bisa mewakili sepenuhnya. Akan tetapi kenyataannya, garis yang menghubungkan eohippus dengan equus sangat tidak menetu. Garis ini semestinya menunjukkan peningkatan ukuran badan yang kontinu. Tetapi, kenyataannya sejumlah varian berukuran lebih kecil dari Eohippus, bukannya lebih besar. Spesimen-spesimen dari berbagai sumber dapat digabungkan dalam urutan yang tampak begitu meyakinkan, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tersusun menurut waktu yang sesuai dengan urutan ini. 

Semua fakta ini dalah bukti kuat bahwa diagram-diagram evolusi kuda, yang dinyatakan sebagai satu bukti paling kokoh untuk Darwinisme, tidak lain hanyalah dongeng fantastis dan tidak masuk akal.






























Daftar Pustaka
Iskandar, Djoko, Dr. 2002. Evolusi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta.
http://harunyahya.us/indo/buku/keruntuhan007.htm
http://www.scribd.com/doc/28060378/evolusi-kuda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar